Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Demam Tifoid Dengan Metode ATC/DDD di Ruang Rawat Inap RSUD Pratama Lubai Ulu Tahun 2021

Authors

  • Khoirin Prodi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Palembang
  • Gatot Arismunandar Prodi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Palembang

Keywords:

Antibiotika, Demam tifoid, metode DDD

Abstract

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini ditandai dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan hingga dapat menurunkan tingkat kesadaran seseorang. Untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pasien demam tifoid dikaji dari segi kuantitas penggunaannya. Metode retrospektif dilakukan secara cross sectional, populasi yaitu seluruh rekam medis pasien demam tifoid dan dirawat inap periode Januari-Juni tahun 2021, pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 32 responden. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rekam Medis RSUD Pratama Lubai Ulu bulan Mei - Juli tahun 2021. Lama perawatan > 0,96 hari, terdapat dua jenis antibiotik dengan penggunaan tertinggi adalah antibiotik Ceftriaxone (59%), dan Cefotaxim (41%), Nilai DDD 100 patients-days antibiotika yang melebihi ketetapan WHO yaitu Ceftriaxone 50,1 dan Cefotaxim 20,2 artinya ada ketidakrasionalan penggunaan antibiotik RSUD Pratama Lubai Ulu periode Januari-Juni tahun 2021. Penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid di RSUD Pratama Lubai Ulu periode Januari-Juni tahun 2021 tidak sesuai dengan nilai standar DDD WHO. Agar menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan pengobatan pada pasien demam tifoid di RSUD Pratama Lubai Ulu.

Downloads

Published

11-01-2022